Jumat, 16 Oktober 2015

TENTANG ORANG TUA, HARAPAN MEREKA, DAN MASA DEPAN


Wisuda ITS September 2011

Hai!  Sudah 3 bulan tidak menulis di blog atau mereview buku yg saya baca. Kali ini banyak sekali pikiran dan pertanyaan yang bersileweran di kepala saya, dan menurut saya, sayang sekali untuk tidak dibagi. 

Selama tiga hari terakhir, saya dan teman-teman kantor dihadapkan pada event yang bersamaan. Hari kedua ada Rapat koordinasi yang mendatangkan Area Manager dari seluruh penjuru Regional mulai dari Aceh sampai Batam berbarengan dengan Launching Solusi Cashless Retail Payment untuk para Agen LPG 3 Kg. Hari ketiga, Presentasi dari unit saya oleh Bu De (singkatan dari Bu Desy, beliau adalah atasan langsung saya di kantor) berbarengan dengan event festival kesenian tahunan untuk mencari para duta yang mewakili Regional ke Nasional. Bagaimana dengan hari pertama ? Yup. Tentunya menjadi hari persiapan untuk hari kedua dan ketiga. Dan hari itu adalah Hari Libur memperingati Tahun Baru Islam. Sok SIbuk ya ? Hehe. 

Tapi cerita kali ini bukan soal keluhan saya karena selama 3 hari berturut-turut beberapa acara bersamaan. Cerita kali ini berawal dari seminggu 3 hari yang lalu saya membaca buku Follow Your Passion oleh Muadzin F. Jihad. Dalam buku itu penulis menceritakan kisah hidupnya yang  awalnya merupakan karyawan di perusahaan Oil & Gas yang akhirnya memilih untuk pensiun dini dan menekuni usaha yang sudah dirintis yaitu Semerbak Coffe. Kalimatnya begitu membekas dipikiran dan hati saya (jadi lebay). 

Ok, kembali ke hari ketiga atau hari ini tepatnya dimana terdapat dua event di kantor daaan saya menjadi PIC di masing-masing acara itu. Ada hal menarik, membekas dan mendalam yang saya dapatkan saat menjadi PIC di event festival kesenian. Saya menjadi PIC Duta Perusahaan yang mewakili kantor Regional tempat saya bekerja untuk kompetisi dengan para duta Regional lain di tingkat Nasional. Saya bertemu dengan orang-orang di atas rata-rata, mengapa? karena minimal butuh keberanian untuk bisa mengikuti seleksi tersebut. Setelah pemenang Duta diumumkan saya seolah flashback dan berpikir. Ya Rabb, apa yang membuat mereka bisa di atas rata-rata seperti itu?. Ada yang lancar berbahasa inggris dan bisa bahasa perancis. Ada yang punya event organizer kecil-kecilan dan punya passion di desain grafis, ada yang belajar dan akhirnya jago menari tradisional batak, ada yang lancar berbahasa arab dan bisa nge-rap. Ya Allah. 

Orang Tua. Menurut saya, orang tua berperan dalam membentuk kemampuan di atas rata-rata para peserta tersebut. Karena saya termasuk yang percaya bahwa anak-anak itu tumbuh sebagaimana lingkungannya terutama orang tuanya membentuk mereka. Sebagai anak kadang tidak sadar dan merasa kurang bersyukur atas apa-apa yang kita miliki. Termasuk kehadiran orang tua kita. Kita lupa kalau setiap orang tua memiliki cara mereka masing-masing untuk mendidik anak mereka. Contoh dalam Buku Follow Your Passion, penulis bercerita kalau beliau hidup di keluarga “berkecukupan”. Ayahnya pekerja keras dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Di rumah mereka tidak ada pembantu sehingga pekerjaanpun dibagi oleh ibunya ke anak-anak termasuk penulis. Penulis juga tidak pernah dibekali uang jajan. Keluarganya pernah tinggal di kompleks Garuda Bukit Duri, di mana para penghuni kompleks kebanyakan orang yang lumayan makmur, Dari situ penulis suka bermain ke rumah tetangga untuk numpang nonton film sewaan. Dengan latar seperti itu penulis tumbuh menjadi anak yang pemalu, minder dan introvert. 

Tapi penulis juga bercerita kalau orang tuanya sangat tegar, seburuk apapun kondisi ekonomi yang dihadapi. Well, akhirnya dari pelajaran-pelajaran hidup, sikap, sifat dan lingkungan yang diciptakan oleh orang tua sang penulis, mengendap dan terbukti penulis tidak menjadi pemalu dan introvert selamanya. Pada saat sudah bekerja penulis mencoba memulai usaha dan akhirnya memilih untuk pensiun dini dan menjadi full entrepreneur. 

Artinya, setiap anak tidak bisa memilih untuk dilahirkan oleh orang tua yang mana, namun dari perjalanan hidup yang dilewati sang anak, telah membentuk pemikiran, akal dan hati nurani. Dari ketiga kombinasi itu yang menghasilkan inner voice dalam diri anak atau kita yang tidak bisa kita pungkiri. Kalau itu baik maka itu baik tapi kalau itu buruk maka sesungguhnya hati nurani kita sudah mengatakan bahwa itu buruk. Keistimewaan setiap manusia diberi nafsu oleh Maha Pencipta, nafsu yang bisa mendorong keputusan kita menjadi kebih kuat. Nah, sekarang tinggal pilihan kita mau memilih yang baik atau yang buruk. Dan keputusan itu akan menjadi masa depan kita. bahkan 1 detik kedepan. 


Jadi, ikuti kata hatimu.